Minggu, 22 Februari 2009

Tingkat Kesulitan Soal-soal SPMB

Bagaimana tingkat kesulitan soal-soal SPMB ?

Soal-soal SPMB disusun berdasarkan jenjang kompentensi berfikir yang dikembangkan oleh B. BLOOM. Ia menyusun suatu Taksonomi dari tujuan pendidikan yang dibagi menjadi tiga bidang yaitu :
1. Cognitive domain
2. Affective domain
3. Psychomotor domain

Dalam ujian tulis SPMB yang akan diukur adalah jenjang kemampuan dalam bidang Cognitive, yaitu :
C1 Knowledge ( Pengingatan )
C2 Comprehension ( Pemahaman )
C3 Application ( Penerapan )
C4 Analisys ( Analisa )
C5 Synthesis ( Sintesa )
C6 Evaluation ( Evaluasi )
Dalam pembuatan soal-soal SPMB badan pembuat soal berpedoman pada tingkat kesulitan : 30% soal mudah, 40% soal dengan bobot sedang, dan 30% soal dengan bobot sulit. Atau bisa juga 30% soal berbobot mudah, 50% berbobot sedang dan 20% berbobot sulit.

Agar lebih jelas tentang jenjang kompentensi ini marilah kita simak penjelasan Soeharno Pikir, Dosen MIPA Universtas Airlangga dalam makalahnya yang berjudul Mempersiapkan diri untuk belajar di Pergutruan Tinggi (26 April 1992).
“Soal-soal UMPTN (SPMB, Red) disusun berdasarkan jenjang kompetensi, yaitu taraf berpikir atau bernalar yang diperlukan agar siswa dapat mengerjakan soal-soal dengan benar. Taraf berfikir itu meliputi enam jenjang, yaitu : (1) mengingat, (2) memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mensintesis dan (6) mengevaluasi. Keenam jenjang itu bersifat hirarkis, artinya untuk memahami suatu konsep, makasiswa harus mampu mengingat bagaimana bunyi konsep itu. Untuk dapat menerapkan suatu rumus dalam hitungan, siswa harus mampu utnuk mengingat bagaimana bentuk rumus itu, selain itu juga harus memahami arti huruf-huruf yang digunakan untuk menyatakan rumus itu. Dengan kata lain, untuk dapat menguasai suatu jenjang kompetensi tertentu maka semua jenjang kompetensi yang ada di bawahnya harus dikuasainya terlebih dahulu.

Dalam UMPTN (SPMB, Red) soal-soal dengan jenjang kemampuan rendah dan tinggi biasanya berjumlah lebih sedikit, sedang soal dengan jenjang kemampuan menengah berjumlah lebih banyak. Untuk lebih jelasnya ikutilah uraian berikut ini.
1. Belajar mengingat atau menghafal dilakukan dengan cara mengulang-ulang. Selain pengulangan, ingatan dapat diperkuat dengan berbagai macam cara, misalnya dengan lagu, jembatan keledai, atau singkatan yang sederhana. Misalnya dalam pelajaran elektrolisis digunakan singkatan KNAP untuk mengingat bahwa Katoda bermuatan Negatif sedangkan Anoda bermuatan Positif. Contoh soal yang berdasarkan mengingat ialah sebagai berikut.
45. Hasil karya berikut adalah karangan Sutan Takdir Alisyahbana, KECUALI
(A) Layar Terkembang
(B) Grotta Azura
( C) Kalah dan Menang
(D) Puspa Mega
(E) Madah Kelana
(UMPTN – IPA, Rayon A, Bahasa Indonesia, Tahun 1990)

Dari contoh itu terlihat bahwa siswa harus mengingat semua karya Sutan Taktir Alisyahbana, barulah dia dapat memilih mana yang bukan karya beliau.

2. Belajar memahami suatu konsep, teori, hukum atau hal-hal lain semacam itu pertama-tama siswa harus menghafalkannya terlebih dahulu. Selanjutnya siswa harus dapat memilih kata-kata kunci, yaitu kata-kata yang menjadi pokok atau landasan konsep yang diajukan. Untuk jelasnya ikutilah Hukum Lavoisier yang berbunyi sebagai berikut : Masa zat-zat sebelum dan sesudah bereaksi selalu sama. Dalam kalimat itu kata-kata yang digarisbawahi merupakan kata-kata kunci. Kata-kata kunsi itu mempunyai hubungan satu dengan yang lain. Untuk dapat memahami suatu konsep, teori, hukum, dan hal-hal semacam itu, siswa harus dapat menunjukkan bagaimana hubungan kata-kata kunci itu.
Contoh soal yang berdasarkan pemahaman ialah sebagai berikut :
18. Dalam ilmu pengetahuan, hipotesis yang diajukan harus dapat diuji secara empiris, dengan kemungkinan dapat ditolak.
SEBAB
Rumusan Hipotesis, baru merupakan praduga atau jawaban sementara terhadap masalah.
(UMPTN – IPA, Rayon B, Biologi, Tahun 1990).
Dalam soal itu siswa harus benar-benar memahami definisi hipotesis dengan kata-kata kunci yang terkait yaitu empiris dan praduka.

3. Belajar menerapkan suatu konsep, teori atau hukum paling efektif dengan cara berlatih mengerjakan soal-soal. Dewasa ini banyak sekali beredar buku-buku untuk SMA mulai dari semester 1 hingga semester 6. Demikian banyaknya sehingga menjadikan siswa bingung untuk memilih mana yang terbaik. Dalam keadaan demikian lebih baik siswa mempercayakan kepada guru masing-masing untuk memilihnya dan mana yang berisi latihan soal-soal yang bermutu. Untuk berlatih memecahkan soal perlu diperhatikan hal-hal berikut ini. (1) Bacalah soal itu dengan cermat, tentukan perihal apa pokok bahasanya dan bila menyangkut suatu rumus tentukanlah bagaimana rumusnya, apa arti lambang dalam rumus itu, serta satuan apa yang tepat untuk digunakan. (2) dari rumus itu tentukan mana yang telah di ketahui dan mana yang disuruh mencari atau menghitung. (3) kerjakan soal itu dengan hati-hati, cukup tenang tetapi bila mungkin dengan cepat sebab waktu mengerjakan soal sangat terbatas. Ingat, kecekatan dalam mengerjakan soal hanya dapat di peroleh dengan memperbanyak latihan.


Contoh soal yang berkaitan dengan jenjang penerapan ialah sebagai berikut.

26. Sebuah perahu menyeberangi sungai yang lebarnya 100 m dan kecepatan arus airnya 4 m/s. Bila perahu di arahkan menyilang tegak lurus sungai dengan kecepatan 3m/s, maka setelah sampai di seberang perahu telah menempuh lintasan sejauh
(A) 180 m
(B) 240 m
(C) 300 m
(D) 320 m
(E) 360 m
(UMPTN – IPA, Rayon B, Fisika, Tahun 1990)
Untuk mengerjakan soal seperti itu dapat di permudah dengan cara membuat sketsa. Adanya sketsa atau gambar seringkali dapat membantu mempermudah proses berpikir, karena itu bilamana perlu jangan enggan melakukannya.

4. Belajar menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi pada prinsipnya sama dengan belajar menerapkan, tetapi untuk itu diperlukan jenjang kemampuan yang semakin tinggi. Kaitan suatu hal dengan hal lainnya semakin kompleks dan rinci.
Contoh soal dengan jenjang kemampuan menganalisis ialah sebagai berikut.

17. Arus listrik sebanyak 9650 C selama beberapa waktu dialirkan melalui 1 liter larutan peraknitrat 1 M dalam sebuah sel elektrolisis. Bila kedua elektroda dibuat dari platina, volume larutan dianggap tetap, berapakah pH larutan setelah elektrolisis selesai ?
(A) 0
(B) 1
(C) 2
(D) 3
(E) 4
(UMPTN – IPA, Kimia, Tahun 1984)
Soal itu menyangkut Hukum Faraday, konsep tentang elektrolisis, elektroda, dan pH. Siswa harus memahami betul reaksi kimia apa yang berlangsung pada tiap elektroda dan besarnya pH itu bergantung pada apa. Jelas bahwa semakian tinggi jenjang kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan soal-soal maka alur proses berpikirnya semakin panjang dan kompleks. Mata ujian IPA Terpadu dan IPS Terpadu biasanya mangandung soal-soal hingga jenjang kemampuan untuk mensintesis dan mengevaluasi. Soal-soal itu di muali dengan sebuah bacaan dan diikuti dengan serangkaian pertanyaan. Di pandang dari segi materi ujian maka soal-soal IPS Terpadu dan IPA Terpadu sulit untuk diramalkan, sebab bacaan yang di gunakan untuk mengembangkan soal-soal bukan bersumber dari buku-buku SMA tetapi dari majalah ilmiah terbitan luar negeri. Sungguhpun demikian berlatih mengerjakan soal-soal semacam itu tetap sangat bermanfaat sebab dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi para siswa. Kendala yang di hadapi ialah sulitnya mencari pembimbing yang handal sebab soal-soal bersifat interdisipliner.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar